Sabtu, 19 Oktober 2013

Hiperemesis Gravidarum (Hyperemesis Gravidarum)

Hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan muntah yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas ibu hamil. Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada awal kehamilan antara umur kehamilan 8-12 minggu. Hiperemesis gravidarum apabila tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi bahkan kematian ibu dan janin. Prevalensi hiperemesis gravidarum antara 1-3 % atau 5-20 kasus per 1000 kehamilan (Simpson et.al, 2001).

Pengertian Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama kehamilan trimester pertama (Varney,2006).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil hingga mengganggu aktivitas. Batasan mual dikatakan lebih dari 10 kali muntah dengan penurunan keadaan umum ibu.
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah pada ibu hamil trimester pertama yang terjadi setiap saat (Wiknjosastro,2007).

Penyebab Hiperemesis Gravidarum

Penyebab hiperemesis gravidarum belum pasti, diduga karena faktor hormonal, neurologis, metabolik, psikologis, keracunan, faktor endokrin, paritas, riwayat kehamilan mola dan kembar.

Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Peningkatan kadar esterogen dapat menyebabkan mual pada trimester pertama. Apabila mual muntah terjadi terus menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat, dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Sehingga oksidasi lemak tidak sempurna, dan terjadi ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida dan aseton darah.
Mual dapat menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Dehidrasi juga menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang.
Selain terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, terjadi pula robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma molarry-weiss) yang berakibat perdarahan gastrointestinal (Mansjoer,2000).

Tingkatan dan Gejala Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum terbagi menjadi tiga (3) tingkatan, yaitu
  1. Hiperemesis gravidarum tingkat I
  2. Hiperemesis gravidarum tingkat II
  3. Hiperemesis gravidarum tingkat III

Hiperemesis gravidarum tingkat I

Hiperemesis gravidarum tingkat I mempunyai gejala seperti: lemah, nafsu makan menurun; berat badan menurun; nyeri epigastrium; penurunan tekanan darah sistolik; lidah kering; turgor kulit kurang; dan mata cekung.

Hiperemesis gravidarum tingkat II

Hiperemesis gravidarum tingkat II mempunyai gejala seperti: mual muntah hebat; keadaan umum lemah; apatis; nadi cepat dan kecil; lidah kering dan kotor; suhu badan meningkat (dehidrasi); mata cekung dan ikterik ringan; oliguria dan konstipasi; nafas bau aseton dan aseton dalam urin.

Hiperemesis gravidarum tingkat III

Hiperemesis gravidarum tingkat III mempunyai gejala seperti: keadaan umum jelek; mual muntah berhenti; kesadaran menurun (somnolen hingga koma); nadi kecil, cepat dan halus; suhu badan meningkat; dehidrasi hebat; tekanan darah turun sekali; ikterus dan terjadi komplikasi fatal ensefalopati Wernicke (nistagmus, diplopia, perubahan mental).

Komplikasi Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan pada organ tubuh, diantaranya kelainan organ hepar, jantung, otak dan ginjal. Adapun kelainan organ pada hepar menyebabkan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis; pada jantung menyebabkan jantung atrofi, kecil dan biasa; pada otak menyebabkan perdarahan bercak dan pada ginjal menyebabkan pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontroli.

Penanganan Hiperemesis Gravidarum

  1. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang kehamilan muda yang disertai dengan emesis gravidarum;
  2. Anjurkan ibu hamil tidak segera bangun dari tempat tidur agar terjadi adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat;
  3. Nasehatkan tentang diit ibu hamil: makan porsi sedikit tapi sering, menghindari makanan yang merangsang muntah;
  4. Pemberian obat-obatan ringan seperti: sedatif, vitamin, anti emetik, anti histamin;
  5. Dukungan psikologis berupa: menghilangkan rasa takut, mengurangi pekerjaan, menghilangkan masalah dan konflik;
  6. Perawatan di rumah sakit meliputi: isolasi sampai mual muntah berkurang; penambahan cairan (glukosa 5% 2-3 liter dalam 24 jam, pemberian kalium dan vitamin apabila diperlukan); terminasi kehamilan apabila kondisi memburuk.
  7. Pemeriksaan laboratorium berupa: analisis urun, kultur urin; darah rutin; fungsi hati (SGOT, SGPT, alkaline fostase); pemeriksaan tiroid (tiroksin dan TSH); Na, Cl, K, glukosa, kreatinin, asam urat; serta USG untuk menghindari kehamilan mola.

Referensi

Ayu, Ida. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC. Hlm 41-53.
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. 39-40.
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm. 195-197.
Anonim. 2006. Hyperemesis Gravidarum. americanpregnancy.org/pregnancyhealth/hyperemesisgravidarum.html Diunduh 2 Desember 2012, Pukul 22.20 WIB.
Meti, 2010. Asuhan Keperawatan pada Ny. W dengan Hiperemesis Gravidarum di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. meti-de0rentz.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-pada-ny-w-dengan.html Diunduh 2 Desember 2012, Pukul 22.17 WIB.
Rahmawati, Nur. 2012. Makalah Journal Reading. Hiperemesis Gravidarum mhs.blog.ui.ac.id/aryanti.wardiyah/wp-content/blogs.dir/14235/files/2012/03/Stigma-pada-Hiperemesis-Gravidarum.pdf  Diunduh 2 Desember 2012, Pukul 20.47 WIB.
Image, rightatrium.tumblr.com.
http://www.lusa.web.id/hiperemesis-gravidarum-hyperemesis-gravidarum/

Sabtu, 12 Oktober 2013

Manfaat Pemberian ASI Untuk Bayi


ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk ibu, keluarga dan negara.
Manfaat ASI untuk Bayi
  1. Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
  2. ASI mengandung zat protektif.
  3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
  4. Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik.
  5. Mengurangi kejadian karies dentis.
  6. Mengurangi kejadian maloklusi.
Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi
Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain: lemak, karbohidrat, protein, garam dan mineral, serta vitamin. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua.
Gambar1. Manfaat ASI sebagai nutrient lengkap
Gambar 1. Manfaat ASI sebagai nutrient lengkap
ASI mengandung zat protektif
Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang mengalami sakit. Zat-zat protektif tersebut antara lain:
  1. Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat, yang membantu memberikan keasaman pada pencernaan sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme).
  2. Laktoferin, mengikat zat besi sehingga membantu menghambat pertumbuhan kuman.
  3. Lisozim, merupakan enzim yang memecah dinding bakteri dan anti inflamatori bekerjasama dengan peroksida dan askorbat untuk menyerang E-Coli dan Salmonela.
  4. Komplemen C3 dan C4.
  5. Faktor anti streptokokus, melindungi bayi dari kuman streptokokus.
  6. Antibodi.
  7. Imunitas seluler, ASI mengandung sel-sel yang berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim dan laktoferin.
  8. Tidak menimbulkan alergi.
Gambar2. Manfaat ASI sebagai zat protektifGambar 2. Manfaat ASI sebagai zat protektif
Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
Pada saat bayi kontak kulit dengan ibunya, maka akan timbul rasa aman dan nyaman bagi bayi. Perasaan ini sangat penting untuk menimbulkan rasa percaya (basic sense of trust).
Gambar3. Manfaat ASI sebagai efek psikologisGambar 3. Manfaat ASI sebagai efek psikologis
Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik.
Bayi yang mendapatkan ASI akan memiliki tumbuh kembang yang baik. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan berat badan bayi dan kecerdasan otak baik.
Gambar4. Manfaat ASI meningkatkan kecerdasan Gambar 4. Manfaat ASI meningkatkan kecerdasan
Mengurangi kejadian karies dentis.
Insidensi karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI. Kebiasaan menyusu dengan botol atau dot akan menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula sehingga gigi menjadi lebih asam.
Mengurangi kejadian maloklusi.
Penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusui dengan botol dan dot.
Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 17-24)
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (bab 3, hlm : 3-10)
Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan Post Partum. (hlm: 25)
Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: Pustaka Bunda. (hlm: 40-49)
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. (hlm: 31-34)
parekita.wordpress.com/2008/10/17/managemen-menyusui/ Widyanto Tony. 2008. Manajemen Menyusui. Diunduh 23 September 2009, 07:52 WIB.
geocities.com/bpniludhiana/bfeeding.htm Diunduh 23 September 2009, 08:02 WIB.
gizi.net/asi/download/KEUNGGULAN%20ASI%20DAN%20MANFAAT%20MENYUSUI.doc Diunduh 23 September 2009, 08:07 WIB.
indianwomenshealth.com/Healthy-Breast-Feeding-93.aspx  Masa Menyusui. .

Lingkup promosi kesehatan dalam praktek kebidanan menurut sasarannya.

Kesehatan itu terkait dengan masalah kesehatan wanita. Wanita dengan perkembangan dan pertumbuhannya melalui masa bayi, anak, remaja, ibu (hamil, melahirkan, menyusui) dan usia lanjut. Berbagai peran yang dilakukan tenaga kesehatan lainnya. Bidan dapat berperan sebagai pelaksana, pengelola, peneliti dan pendidik. Sebagai pengelola, bidan memimpin kelompok atau masyarakat (peran pemimpin). Di samping mendidik, bidan dapat berperan sebagai penyuluh dan penasehat (konselor).

Sebagai promoter kesehatan yang merupakan salah peran bidan adalah memberikan penerangan dan pendidikan sesuai sasaran untuk meningkatkan kesehatan. Sasaran akan dapat menerima pelayanan kesehatan yang diberikan bila mereka memahaminya dengan baik serta menguntungkan bagi diri dan lingkungan mereka. Upaya untuk meyakinkan sasaran agar dapat menerima pelayanan kesehatan yang memberi manfaat bagi mereka tidak lain adalah melalui promosi kesehatan. Adapun sasaran promosi kesehatan dalam praktik kebidanan adalah : neonatus, bayi, anak balita, remaja, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, PUS/WUS, klimakterium/menopause. 

A. LINGKUP PROMOSI KESEHATAN TERHADAP NEONATUS
Lingkup promosi kesehatan terhadap neonatus meliputi termoregulasi, pernapasan, resusitasi, bounding attachment, pemberian ASI awal, kebersihan, tidur, eliminasi, dan keamanan

B. LINGKUP PROMOSI KESEHATAN TERHADAP BAYI
Lingkup promosi kesehatan terhadap bayi meliputi Air Susu ibu (ASI), Gizi/Nutrisi, Pertumbuhan, Perkembangan, Bounding, Imunisasi, Keamanan, Kebersihan
Memberikan promosi kesehatan mengenai tindakan-tindakan atau keadaan yang terkait dengan kesehatan yang ditujukan kepada bayi bukan berarti bidan harus memberikan penyuluhan langsung terhadap bayi. Tetapi bidan harus memberikan promosi kesehatan bayi kepada ibu, ayah atau keluarga bayi. Banyak sekali lingkup promosi kebidanan terhadap bayi, salah satunya adalah pentingnya ASI. Dalam praktiknya, bidan harus mampu mempromosikan kepada ibu bahwa ASI sangat penting bagi bayi. Pemberian ASI harus dianjurkan kepada setiap ibu karena ASI yang pertama (kolostrum) mengandung zar anti-bodi yang dapat mencegah infeksi pada bayi, bayi yang minum ASI jarang mengalami gastroenteritis, lemak dan protein ASI mudah dicerna, dapat mengeratkan hubungan ibu dan bayi serta ASI merupakan susu buatan alam yang lebih baik, suci hama, segar, murah, tersedia setiap waktu. Dengan alasan-alasan yang diberikan oleh bidan melalui promosi kesehatan diharapkan ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan oleh bidan.

C. LINGKUP PROMOSI KESEHATAN TERHADAP ANAK BALITA
Lingkup promosi kesehatan terhadap anak balita meliputi ASI, gizi /nutrisi, pertumbuhan, perkembangan, interaksi, imunisasi, sosialisasi dan keamanan.
Anak balita (umur 0-5 tahun) adalah salah satu sasaran pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan dalam promosi kesehatannya. Puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, memiliki data tentang anak balita di wilayah kerjanya. Data tersebut diperlukan untuk digunakan dalam pelaksanaan pembinaan kesehatan anak balita baik dilakukan oleh bidan maupun tenaga kesehatan lainnya khususnya dalam promosi kesehatan. Dengan promosi kesehatan pada balita, bidan diharapkan mampu memberikan penyuluhan kepada orang tua menyangkut perbaikan gizi, perbaikan kesehatan lingkungan, pengawasan tumbuh dan kembang anak.
Anggota keluarga, guru, taman kanak-kanak atau pengasuh anak diikutsertakan dalam kegiatan pembinaan kesehatan. Semua kegiatan dicatat dan dilaporkan ke puskesmas. Kegitan pelayanan dan pembinaan kesehatan anak balita akan berhasil dengan baik jika didukung oleh pemerintah desa, pemimpin dan orang terkemuka di masyarakat, termasuk dukun. Para ibu juga perlu didorong untuk memeriksakan kesehatan anaknya.

D. LINGKUP PROMOSI KESEHATAN TERHADAP REMAJA
Lingkup promosi kesehatan terhadap remaja meliputi gizi/nutrisi, sosialisasi, pendidikan kesehatan, pergaulan, sexualitas dan kemandirian.
Pembinaan remaja terutama wanitanya, tidak hanya ditujukan semata kepada masalah gangguan kesehatan (penyakit sistem reproduksi). Faktor perkembangan psikologis dan sosial perlu diperhatikan dalam membina kesehatan remaja.
Remaja yang tumbuh berkembang secara biologis diikuti oleh perkembangan pskologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja perlu diketahui. Remaja yang berjiwa muda memiliki sifat menantang sesuatu yang dianggap kaku dan kolot serta ingin akan kebebasan dapat menimbulkan konflik di dalam diri mereka. Pendekatan keremajaan di dalam membina kesehatan diperlukan. Penyampaian pesan kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja. Bimbingan kepada remaja antara lain mencakup perkawinan yang sehat, keluarga yang sehat, sistem reproduksi dan masalahnya, sikap dan perilaku remaja yang positif dan sebagainya.

E. LINGKUP PROMOSI KESEHATAN TERHADAP IBU HAMIL
Lingkup promosi kesehatan terhadap ibu hamil meliputi lingkup fisik dan psikologis. Lingkup fisik meliputi gizi, oksigen, personal hygiene, pakaian, eliminasi, sexual, mobilisasi, body mekanik, exercise/senam hamil, istirahat, imunisasi, traveling, persiapan laktasi, ersiapan persalinan dan kelahiran, kesejahteraan janin, ketidaknyamanan, pendidikan kesehatan dan pekerjaan. Lingkup psikologis meliputi Support keluarga, support tenaga kesehatan, rasa aman dan nyaman, persiapan menjadi orang tua, dan persiapan sibling.
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentuka kehidupan selanjutnya. Bahkan sebagian ibu hamil merasa cemas, panik yang bisa berujung pada depresi berat.
Dukungan psikologis dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati) pada wanita hamil dan aspek teknis, dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli, cara penyelesaian persalinan normal, akselerasi, kendali nyeri dan asuhan kebidanan). Hal-hal tersebut dapat dilakukan oleh suami bersama keluarga ibu atau bidan sebagai tenaga kesehatan melalui promosi kesehatan.

F. LINGKUP PROMOSI KESEHATAN TERHADAP IBU BERSALIN
Lingkup promosi kesehatan terhadap ibu bersalin meliputi persiapan persalinan, nutrisi dan cairan, dukungan, kesejahteraan janin, keterlibatan keluarga serta mengurangi rasa sakit.
Promosi kesehatan terhadap ibu bersalin dapat mencegah terjadinya depresi saat atau setelah melahirkan. Cemas menghadapi persalinan adalah hal yang wajar tetapi seorang bidan harus mampu mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah memberikan promosi kesehatan ibu bersalin. Persainan dan kelahiran merupakan proses yang fisiologis. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga nantikan selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Untuk itu, dengan diberikan promosi kesehatan dapat mengatasi rasa cemas, khawatir, panik dan depresi ibu bersalin. Promosi ini lebih baik diberikan jauh hari sebelum bersalin, misalnya saat hamil trimester III.

G. LINGKUP PROMOSI KESEHATAN TERHADAP IBU NIFAS
Lingkup promosi kesehatan terhadap ibu nifas meliputi nutrisi dan cairan, ambulasi, eliminasi, kebersihan diri dan bayi, istirahat, sexual, latihan/senam nifas, tanda bahaya, keluarga Berencana dan pemberian ASI.
Bidan tetap mendampingi ibu selama 2 jam setelah pesalinan. Dalam masa nifas bidan dianjurkan untuk menanyakan tentang perasaan ibu. Biasanya ibu merasa capek dan lemas. Ibu dan bayi diberikan kesempatan untuk beristirahat. Saat ibu masih merasa lemas, promosi kesehatan dapat diberikan melalui keluarga ibu nifas, misanya keluarga pasien diberitahukan bawa ibu boleh minum dan makan ringan setiap waktu, bangun bila mau kencing dan sebagainya.
Baru setelah ibu merasa lebih baik dan bersedia diberikan pendidikan kesehatan, bidan diperkenankan untuk memberikan pendidikan kesehatan. Itupun sedikit demi sedikit sesuai kemampuan ibu. Pendidikan kesehatan yang diberikan misalnya setelah melahirkan ibu boleh makan seperti biasa, setiap hari minum air putih minimal 8 gelas, ibu diajari cara menyusui dan perawatan payudara, gizi ibu nifas dan sebagainya. Diharapkan dengan memberikan promosi kesehatan pada ibu nifas, ibu nifas dapat menghadapi masa nifas dengan baik dan normal.

H. LINGKUP PROMOSI KESEHATAN TERHADAP IBU MENYUSUI
Hak seorang bayi adalah menyusu kepada ibunya. Sebagai promotor kesehatan, bidan diharapkan mampu memberikan pendidikan pada ibu menyusui. Pendidikan lebih baik diberikan sebelum ibu bersalin, sehingga ibu dapat melakukan persiapan-persiapan ibu menyusui.
Lingkup promosi kesehatan yang diberikan kepada ibu menyusui meliputi kebersihan diri, istirahat, sexual, pemberian ASI, nutrisi bagi bayi, pendidikan kesehatan gizi ibu menyusui, dan meyakinkan pada ibu menyusui bahwa tidak ada pantangan makan selama menyusui. Sebagai contoh terdapat mitos yang sudah beredar sejak dulu bahwa ibu menyusui tidak boleh makan makanan yang berbau amis karena akan menyebabkan ASInya amis. Disinilah tugas bidan untuk meluruskan mitos tersebut bahwa justru makanan yang amis dibutuhkan oleh ibu menyusui karena mengandung protein tinggi melalui promosi kesehatan.

I. LINGKUP PROMOSI KESEHATAN TERHADAP WANITA USIA SUBUR/PASANGAN USIA SUBUR (WUS/PUS)
Lingkup promosi kesehatan terhadap PUS/WUS meliputi persiapan hamil, keluarga berencana, kesehatan, parenting, nutrisi dan produktifitas.
Penyuluhan tentang kesehatan pada masa pra kehamilan di sampaikan pada kelompok wanita usia subur/pria usia subur yang akan menikah. Penyampaian tentang kesehatan ini disesuaikan dengan tingkat intelektual klien. Nasehat yang diberikan menggunakan bahasa yang mudah dicerna, karena informasi yang diberikan bersifat pribadi dan sensitif.
Wanita usia subur juga diberikan pendidikan mengenai gangguan kesehatan, akibat gangguan sistem reproduksi. Gangguan sistem reproduksi tidak berdiri sendiri. Gangguan tersebut dapat terhadap kondisi psikologis dan lingkungan sosial klien itu sendiri. Bila masalah kesehatan itu sangat kompleks, perlu dikonsultasikan ke ahli yang relevan atau dirujuk ke unit pelayanan kesehatan yang fasilitasnya lebih lengkap. Faktor keluarga juga turut mempengaruhi kondisi WUS/PUS yang akan memasuki pintu gerbang pernikahan. Bidan dapat menggunakan pengaruh keluarga untuk memperkuat mental WUS/PUS dalam memasuki masa perkawinan dan kehamilan.

J. LINGKUP PROMOSI KESEHATAN TERHADAP KLIMAKTERIUM/MENOPAUSE
Lingkup promosi kesehatan terhadap klimakterium/menopause meliputi nutrisi, psikologis, olah raga, kesehatan umum, support keluarga san support tenaga kesehatan.
Masa menopause merupaka fase yang selalu terjadi pada wanita yang menginjak umur 44 tahun dan ditandai dengan berhentinya haid. Terkadang wanita belum siap menghadapi masa ini karena mereka selalu beranggapan bahwa seorang wanita yang mengalamim menopause adalah wanita yang tidak berguna.
Untuk mengawali promosi kesehatan, bidan sebelumnya harus mengetahui ketakutan-ketakutan yang mungkin dialami pada masa menopause, misalnya secara fisik wanita sering merasa dirinya tidak cantik lagi, berkulit keriput, berbadan bungkuk dan sebagainya. Secara biologis kekhawatiran tidak mampu melayani suami karena dirasakan sakit saat berhubungan seksual. Secara psikologis sering mengalami susah tidur sehingga mengganggu aktivitas di siang hari.

PRINSIP dan METODE PROMOSI KESEHATAN

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN
Dalam pelaksanaannya, promosi kesehatan mempunyai prinsip-prinsip yang berguna sebagai dasar-dasar dari pelaksanaan program promosi kesehatan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.
2. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat
berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan
rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.
4. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina suasana (social support).
5. Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5 tatanan yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get health services).
6. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat
(mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.
7. Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain.
Promosi kesehatan juga mempunyai prinsip yang lebih spesifik dalam tiap ruang lingkup promosi kesehatan atau setting. Misalnya, promosi kesehatan di keluarga, fasilitas layanan kesehatan, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum.
a. Prinsip Promosi Kesehatan di Keluarga
Dalam lingkup ini penerapan yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Keluarga merupakan lingkup terkecil dalam suatu kelompok masyarakat, sehingga promosi kesehatan yang dilakukan harus bias lebih spesifik juga. Pendidikan kesehatan yang diberikan pun diharapkan akan lebih efektif karena fokus pada satu keluarga sebagai satu sasaran.
2) Keluarga terdiri atas beberapa orang yang sudah terikat hubungan satu sama lain, yaitu ayah, ibu, dan anak. Sehingga apabila promosi kesehatan yang dilakukan sudah baik akan sangat berpengaruh pada perubahan perilaku pada masing-masing anggota keluarga tersebut, dan nantinya perilaku itu akan terbawa ke lingkungan diluarnya.
3) Setiap keluarga tentu memiliki nilai dan aturan tersendiri dalam lingkungannya, yang masing-masing anggota keluarga sudah anut sejak lama, biasanya berupa kebiasaan-kebiasaan tertentu. Dalam hal ini maka pemberi promosi kesehatan harus mampu menyesuaikan diri dengan aturan tersebut agar keluarga tersebut bsia lebih terbuka dalam menerima segala bentuk promosi yang dilakukan.

b. Prinsip Promosi Kesehatan di Fasilitas Layanan Kesehatan
promosi kesehatan di fasilitas layanan kesehatan mempunyai prinsip-prinsip dasar yaitu:
1) ditujukan untuk individu yang memerlukan pengobatan dan atau perawatan, pengunjung, keluarga pasien,
2) memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga atas masalah kesehatan yang diderita pasien,
3) memberdayakan pasien dan keluarga dalam kesehatan,
4) menerapkan “proses belajar” di fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dikembangkan dengan melibatkan kerja sama dengan berbagai sektor yang terkait, dan melibatkan beberapa kelompok organisasi masyarakat yang ada sehingga lebih mantap serta berkesinambungan. Dalam ruang lingkup tempat kerja, promosi kesehatan juga mempunyai prinsip-prinsip, diantaranya :
1) Komprehensif.
Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa disiplin ilmu guna memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai yaitu berkembangnya tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman sehingga dengan lingkungan kerja yang mendukung tersebut diharapkan terjadi perubahan perilaku individu dan kelompok kearah yang positif sehingga dapat menjaga lingkungan agar tetap sehat.
2) Partisipasi
Para peserta atau sasaran promosi kesehatan hendaknya terlibat secara aktif mengindetifikasi masalah kesehatan yang dibutuhkan untuk pemecahannya dan meningkatkan kondisi lingkungan kerja yang sehat. Partisipasi para pengambil keputusan di tempat kerja merupakan hal yang sangat mendukung bagi para pekerja untuk lebih percaya diri dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam merubah gaya hidup dan mengembangkan kemampuan pencegahan dan peningkatan terhadap penyakit.
3) Keterlibatan berbagai sektor terkait.
Kesehatan yang baik adalah hasil dari berbagai faktor yang mendukung. Berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan pekerja hendaknya harus melalui pendekatan yang integrasi yang mana penekanannya pada berbagai faktor tersebut bila memungkinkan.
4) Kelompok organisasi masyarakat.
Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya melibatkan semua anggota pekerja, termasuk kelomok organisasi wanita dan laki-laki yang ada, termasuk juga tenaga honorer dan tenaga kontrak. Kebutuhan melibatkan dengan berbagai organisasi masyarakat yang mempunyai pengalaman atau tenaga ahli dalam membantu mengembangkan Promosi kesehatan Di Tempat kerja hendaknya di perhitungkan dalam mengembangkan program sebelumnya
5) Berkesinambungan atau Berkelanjutan
Promosi kesehatan di tempat kerja yang berhubungan erat dengan kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai arti penting pada lingkungan tempat kerja dan aktivitas manajemen sehari-hari. Program promosi kesehatan dan pencegahan hendaknya terus menerus dilakukan dan tujuannya jangka panjang. Apabila pelaksanaan promosi kesehatan di tempat kerja ingin lebih mentap, program hendaknya sesuai dan responsif terhadap kebutuhan pekerja dan masalah yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja.

d. Prinsip Promosi Kesehatan di Sekolah
Sedangkan dalam ruang lingkup atau setting sekolah, promosi kesehatan juga memiliki prinsip, diantara yaitu :
1) Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah yaitu peserta didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat
2) Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :
• Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan serta dapat mengembangkan berbagai ketrampilan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial
• Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orangtua
3) Mengupayakan agar sekolah mempunyai akses untuk di laksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu :
• Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
• Kerjasama dengan Puskesmas setempat
• Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan “keamanan” makanan

e. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Umum
Sebagai lingkup yang sangat luas dan tidak tentu maka hal yang perlu diperhatikan dalam penerapannya antara lain:
- Tempat umum merupakan sarana yang dilalui oleh banyak orang, sehingga dapat dikatakan bahwa sasaran dari tindakan promosi kesehatan ini juga tidak tetap. Misalnya di tempat-tempat umum seperti halte, stasiun, dll maka penerapan yang paling efektif adalah dengan memanfaatkan media berupa poster, spanduk, dll. Dengan ini maka orang-orang yang saat itu berada di tempat itu akan membaca dan mencoba memahami apa isi pesan yang ada.

2.2 METODE PROMOSI KESEHATAN
Tersedia banyak metode untuk menyampaikan informasi dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan harus dipertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan disampaikan, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budaya) atau sasaran, dan hal-hal lain yang merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang dan waktu. Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk mamaksimalkan hasil.
Pemberdayaan dapat dilakukan dengan melihat metode: ceramah dan tanya jawab, dialog, debat, seminar, kampanye, petisi/resolusi, dan lain-lain. Sedangkan advokasi, dapat dilakukan dengan pilihan metode: seminar, lobi dialog, negosiasi, debat, petisi/resolusi, mobilisasi, dan lain-lain.

1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Metode yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Setiap orang memiliki masalah atau alas an yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.
Bentuk pendekatannya :
a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and counceling)
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif antara klien dengan petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan dibantu penyelesainnya.
b. Wawancara (interview)
Untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang diberikan (prubahan perilaku ynag diharapkan).

2. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pada kelompok,yang harus diperhatikan adalah besarnya kelompok sasaran dan tingkat pendidikan formalnya. Besarnya kelompok sasaran mempengaruhi efektifitas metode yang digunakan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah
Sasaran dapat berpendidikan tinggi maupun rendah. Penceramah harus menyiapkan dan menguasai materi serta mempersiapkan media. Metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan. Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama.
2) Seminar
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan formal menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi)dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas, menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2) Curah pendapat (Brain storming)
Diskusi dimana pada awal diskusi diberi kasus atau pemicu untuk menstimulasi tanggapan dari peserta.
3) Bola salju (snow balling)
Metode dimana kesepakatan akan di dapat dari pemecahan menjadi kelompok yang lebih kecil, kemudian bergabung dengan kelompok yang lebih besar.
4) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)
Kelompok dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah kemudian kesepakatan di kelompok kecil disampaikan oleh tiap kelompok dan kemudian di diskusikan untuk diambil kesimpulan.
5) Memainkan peranan (role play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan.
6) Permainan simulasi (simulation game)
Merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.

3. Metode Pendidikan Massa
Metode ini untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sasaran pendidikan pada metode ini bersifat umum tanpa membedakan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial, ekonomi dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan dirancang sedemikian rupa agar dapat ditangkap oleh massa tersebut. Metode ini bertujuan untuk mengguagah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi. Metode ini biasanya bersifat tidak langsung.
a. Ceramah umum (public speaking)
b. Pidato/diskusi
c. Simulasi
d. Menggunakan media televisi
e. Menggunakan media surat kabar
f. Bill board

Berikut ini merupakan contoh menentukan metode promosi kesehatan yang digunakan sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan promosi kesehatannya :
TUJUAN METODE YANG DIGUNAKAN
Untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan ceramah, kerja kelompok, mass media, seminar, kampanye.
Menambah pengetahuan
Menyediakan informasi One-to-one teaching, seminar, media masa, kampanye, group teaching.
Self-empowering
Meningkatkan kesadaran diri, mengambil keputusan Kerja kelompok, latihan (training), simulasi, metode pemecahan masalah, peer teaching method.
Mengubah kebiasaan
Mengubah gaya hidup individu Kerja kelompok, latihan keterampilan, training, metode debat.
Mengubah lingkungan Bekerja sama dengan pemerintah untuk membuat kebijakan berkaitan dengan kesehatan.

Metode-metode yang disebutkan di atas hanyalah beberapa dari banyak metode lainnya. Metode-metode tersebutdapat digabung atau dimodifikasi oleh tim promosi kesehatan disesuaikan dengan penerima pean dan sarananya. Selain itu, metode yang digunakan juga disesuaikan dengan tujuan dari promosi kesehatan yang dilaksanakan.




2.3 MEDIA PROMOSI KESEHATAN
a. Pengertian Media Promosi Kesehatan
Kata Media sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata Medium yang secara harfiah berarti “ Perantara “ atau “ Pengantar ”. Dengan demikian, maka media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Telah banyak pakar dan juga organisasi (lembaga) yang mendefinisikan media pembelajaran ini, beberapa definisi tentang media pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
• Media pembelajaran atau media pendidikan adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk media pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya (Rossi & Breidle, 1966: 3)
• Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969)
• Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970)
• Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT, 1977)
Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya semua pendapat tersebut memposisikan media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran, dimana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itumelaluimedia cetak, elektronika danmedia luar ruang, sehingga sasaran dapatmeningkat pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan. (Soekidjo:2005).


b. Tujuan Media Promosi
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Tujuan media promosi kesehatan:
• Media dapat mempermudah penyampaian informasi
• Media dapat menghindari kesalahan persepsi
• Dapat memperjelas informasi
• Media dapat mempermudah pengertian
• Mengurangi komunikasi yang verbalistik
• Dapatmenampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap mata
• Memperlancar komunikasi

c. Teori Media Promosi
Untuk lebih memahami peran dan kedudukan media dalam proses pembelajaran, terutama dalam perannya membantu siswa untuk memberikan pengalaman, maka Edgar Dale (1969) melukiskan berbagai pengalaman belajar itu dalam suatu kerucut yang dinamakan Kerucut Pengalaman (Cone of Experience).


Dari gambar tersebut dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran. Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audio-visual.
Kerucut Edgar Dale ini memberikan gambaran pada kita bahwa proses pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalaminya langsung, melalui proses pengamatan dan mendengarkan melalui media tertentu atau mungkin hanya melalui proses mendengarkan melalui bahasa. Jika pengalaman belajar melalui pengalaman langsung, maka akan memberikan hasil belajar yang kongkret. Jika hal demikian tidak mungkin terjadi dalam kelas, seperti misalnya proses persalinan pada binatang, maka guru dapat menggunakan model, dengan demikian siswa akan tetap mendapatkan pengalaman yang mendekati kongkret. Begitu seterusnya, semakin keatas dari kerucut pengalaman Edgar Dale ini, maka pengalaman belajar yang diperoleh siswa akan semakin abstrak. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, maka semakin banyaklah pengalaman belajar yang diperolehnya.
Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber pesan ataupun penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Media pembelajaran berperan sebagai “wahana penyalur pesan atau informasi belajar sehingga mengkondisikan seseorang untuk belajar”. Secara umum media memiliki kegunaan yaitu: memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya, memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.

d. Penggolongan Media Promosi Kesehatan
1. Berdasarakan bentuk umum penggunaan
a. Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, leaflet majalah, buletin, tabloid dll
b. Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flip chart, transparansi, slide, film dll
2. Berdasarkan cara produksi
a. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan–pesan visual. Pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Contoh : Poster, Leaflet, Brosur, Majalah, Surat Kabar, Lembar Balik, Stiker, Pamflet. Fungsi Utama : Memberi Informasi dan Menghibur.
• Kelebihan: Tahan lama, Mencakup banyak orang, Biaya tidak terlalu tinggi, Tidak perlu energi listrik, Dapat dibawa, Mempermudah pemahaman, Meningkatkan gairah belajar.
• Kelemahan : Tidak dapat mensimulasi efek suara dan efek gerak, Mudah terlipat
b. Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contoh : Televisi, Radio, Film, Kaset, CD, VCD, DVD, Slide Show, CD Interactive, dan lain-lain.
• Kelebihan: Sudah dikenal masyarakat, Melibatkan semua panca indra, Lebihmudah dipahami, Lebihmenarik karena ada suara & gambar, Bertatap muka penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih besar / luas, Sebagai alat diskusi dapat diulang-ulang.
• Kelemahan: Biaya lebih tinggi, Sedikit rumit, Memerlukan energi listrik, Diperlukan alat canggih dalamproses produksi, Perlu persiapan yang matang, Peralatan yang selalu berkembang& berubah, Perlu ketrampilan penyimpanan, Perlu ketrampilan dalam pengoperasian.
c. Media luar ruang yaitu suatu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara umummelalui media cetak dan elektronik secara statis . Contoh : Papan Reklame, Spanduk, Pameran, Banner, TV Layar Lebar, dan lain-lain.
• Kelebihan: Sebagai informasi umumdan hiburan, Melibatkan semua panca indra, Lebihmenarik karena ada suara dan gambar, Adanya tatapmuka, Penyajian dapat dikendalikan, Jangkauan relatif lebih luas
• Kelemahan: Biaya lebih tinggi, Sedikit rumit, Ada yang memerlukan listrik dan atau alat canggih, Perlu kesiapan yang matang, Peralatan yang selalu berkembang dan berubah, Perlu ketrampilan penyimpanan
3. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam
a. Media auditif yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
b. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Jenis media yang tergolong ke dalam media visual adalah: film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.
c. Media audiovisual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
2.4 STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
a. Strategi Promosi Kesehatan Menurut WHO
Menurut WHO, ada tiga strategi untuk mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan, yakni memberdayakan masyarakat, memberi dukungan sosial dan mengadvokasi para penentu kebijakan.
1) Advokasi (Advocacy)
Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan (decision makers) atau penentu kebijakan (policy makers) baik di bidang kesehatan maupun sector lain di luar kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap public. Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi, dan sebagainya yang menguntungkan kesehatan public. Bentuk kegiatan advokasi ini antara lain lobbying, pendekatan atau pembicaraan-pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan, penyajian isu-isu atau masalah-masalah kesehatan atau yang mempengaruhi kesehatan masyarakat setempat, seminar-seminar masalah kesehatan, dan sebagainya.
Output kegiatan advokasi adalah undang-undang, peraturan-peraturan daerah, instruksi-instruksi yang mengikat masyarakat dan instansi-instansi yang terkait dengan masalah kesehatan. Oleh sebab itu, sasaran advokasi adalah para pejabat eksekutif, dan legislative, para pemimpin dan pengusaha, serta organisasi politik dan organisasi masyarakat, baik tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan maupun desa atau kelurahan.
2) Dukungan Sosial (Social Support)
Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (guru, lurah, camat, petugas kesehatan, dan sebagainya) maupun informal (tokoh agama, dan sebagainya) yang mempunyai pengaruh di masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan atau program kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh masyarakat (toma) dan tokoh agama (toga). Selanjutnya toma dan toga diharapkan dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat.
Pada masyarakat yang masih paternalistic seperti di Indonesia ini, toma dan toga merupakan panutan perilaku masyarakat yang sangat signifikan. Oleh sebab itu, apabila toma dan toga sudah mempunyai perilaku sehat, akan mudah ditiru oleh anggota masyarakat yang lain. Bentuk kegiatan mencari dukungan social ini antara lain, pelatihan-pelatihan para toma dan toga, seminar, lokakarya, penyuluhan, dan sebagainya.
3) Pemberdayaan masyarakat (Emprowerment)
Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung, sebagai sasaran primer atau utama promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pembangunan masyarakat dalam bentuk, misalnya koperasi dan pelatihan keterampilan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga (latihan menjahit, pertukangan, peternakan, dan sebagainya). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memiliki kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (self relince in health). Oleh karena bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini lebih pada kegiatan penggerakan masyarakat untuk kesehatan, misalnya adanya dana sehat, adanya pos obat desa, adanya gotong royong kesehatan, dan sebagainya, maka kegiatan ini sering disebut “gerakan masyarakat” untuk kesehatan. Meskipun demikian, tidak semua pemberdayaan masyarakat itu berupa kegiatan gerakan masyarakat. Dalam pembinaan dan pemberdayaan mayarkat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.

b. Strategi Promosi Kesehatan Menurut Piagam Ottawa
Piagam Ottawa atau lebih dikenal dengan Ottawa Charter merupakan hasil dari sebuah Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada pada tahun 1986. Salah satu isi dari Ottawa Charter adalah rumusan tentang strategi promosi kesehatan. Rumusan strategi promosi kesehatan dalam Piagam Ottawa (Ottawa Charter) tersebut menjadi salah satu acuan bagi penyelenggara pelayanan kesehatan di seluruh dunia dalam meninjau, memerhatikan, menilai, dan menganalisa kebutuhan apa yang harus diupayakan agar visi dan misi promosi kesehatan tercapai secara optimal dimana penyelenggara (provider) dan masyarakat (consumer) mampu bersinergi dengan baik.
Strategi promosi kesehatan berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter) antara lain:
1) Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy)
Rumusan kebijakan yang berwawasan kesehatan ini ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan agar pihak tersebut mengeluarkan atau mengembangkan kebijakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Berwawasan kesehatan berarti bahwa setiap kebijakan pembangunan kesehatan di bidang apa saja harus memikirkan dampak kesehatannya bagi masyarakat luas. Contoh: Jika pemerintah daerah suatu kota akan membuka daerah untuk perumahan penduduk, maka terlebih dahulu pihak yang terkait melakukan survey dan analisis terhadap kondisi tanah, udara, dan ketersediaan air yang memadai sehingga nantinya keputusan membangun perumahan tersebut tidak merugikan masyarakat yang menempati perumahan.
2) Lingkungan yang mendukung (supportive environtment)
Strategi ini berupa kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung. Strategi ini ditujukan kepada para pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum (public places). Melalui promosi kesehatan dengan disertai pembangunan lingkungan yang mendukung diharapkan pembangunan di bebagai sektor akan memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Adapun lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.
3) Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)
Kegiatan ini menekankan bahwa kesehatan masyarakat bukan hanya mencakup masalah pihak pemberi pelayanan kesehatan atau provider, baik pemerintah maupun swasta saja, melainkan juga masalah pada masyarakat sendiri atau consumer. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab dan kerja sama antara pihak pemberi pelayanan (provider) dan penerima pelayanan. Sistem pelayanan konvensional cenderung menitikberatkan pada pemberi pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, tetapi kurang melibatkan masyarakat sebagai pihak penerima pelayanan kesehatan. Dalam konteks ini, melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan bararti sebuah pemberdayaan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri. Bentuk pemberdayaan ini dapat bervariasi, seperti mengadakan kegiatan promosi tentang wabah disentri yang menyerang suatu perkampungan dengan melibatkan warga dalam diskusi, mengambil keputusan, konsultasi dan bagian dari pelaksana kegiatan preventif sehingga warga menjadi paham akan pentingnya mempertahankan lingkungan hidup yang sehat.
4) Keterampilan individu (personal skill)
Peningkatan keterampilan individu bertujuan untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal. Lingkup kesehatan masyarakat kesehatan secara menyeluruh, yang terdiri dari kelompok, keluarga, dan individu. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, kesehatan keluarga, dan kesehatan individu mampu terwujud dengan optimal. Upaya peningkatan keterampilan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri sangatlah penting dilakukan. Setiap individu seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik mengenai bagaimana cara meningkatkan status kesehatan, mengenal jenis penyakit dan penyebabnya, memahami tindakan preventif terhadap suatu penyakit, mempertahankan kesehatan, dan mencari solusi bila anggota keluarga mereka sakit.
5) Gerakan masyarakat (Community action)
Gerakan masyarakat dimaknai sebagai pergerakan bersama-sama oleh unsur-unsur yang ada di masyarakat dengan tujuan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Optimal berarti kesehatan elemen-elemen masyarakat, meliputi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok. Upaya yang dilakukan adalah mencanangkan program atau kegiatan-kegiatan masyarakat yang menunjang dalam peningkatan kesehatan mereka, seperti tindakan preventif terhadap gejala penyakit kolera.
Dengan dirumuskankannya strategi kesehatan dalam Piagam Ottawa, diharapkan penyelenggaraan kegiatan promosi kesehatan nantinya dapat meninjau secara menyeluruh mengenai tujuan penyelenggaraan, pentingnya keterlibatan masyarakat, peningkatan kualitas SDM penyedia layanan kesehatan, dan dampak dari keberadaan fasilitas dan program kesehatan bagi masyarakat sehingga visi dan misi promosi kesehatan tercapai optimal.