Sabtu, 12 Oktober 2013

PRINSIP dan METODE PROMOSI KESEHATAN

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN
Dalam pelaksanaannya, promosi kesehatan mempunyai prinsip-prinsip yang berguna sebagai dasar-dasar dari pelaksanaan program promosi kesehatan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.
2. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat
berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan
rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.
4. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina suasana (social support).
5. Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5 tatanan yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get health services).
6. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat
(mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.
7. Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain.
Promosi kesehatan juga mempunyai prinsip yang lebih spesifik dalam tiap ruang lingkup promosi kesehatan atau setting. Misalnya, promosi kesehatan di keluarga, fasilitas layanan kesehatan, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum.
a. Prinsip Promosi Kesehatan di Keluarga
Dalam lingkup ini penerapan yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Keluarga merupakan lingkup terkecil dalam suatu kelompok masyarakat, sehingga promosi kesehatan yang dilakukan harus bias lebih spesifik juga. Pendidikan kesehatan yang diberikan pun diharapkan akan lebih efektif karena fokus pada satu keluarga sebagai satu sasaran.
2) Keluarga terdiri atas beberapa orang yang sudah terikat hubungan satu sama lain, yaitu ayah, ibu, dan anak. Sehingga apabila promosi kesehatan yang dilakukan sudah baik akan sangat berpengaruh pada perubahan perilaku pada masing-masing anggota keluarga tersebut, dan nantinya perilaku itu akan terbawa ke lingkungan diluarnya.
3) Setiap keluarga tentu memiliki nilai dan aturan tersendiri dalam lingkungannya, yang masing-masing anggota keluarga sudah anut sejak lama, biasanya berupa kebiasaan-kebiasaan tertentu. Dalam hal ini maka pemberi promosi kesehatan harus mampu menyesuaikan diri dengan aturan tersebut agar keluarga tersebut bsia lebih terbuka dalam menerima segala bentuk promosi yang dilakukan.

b. Prinsip Promosi Kesehatan di Fasilitas Layanan Kesehatan
promosi kesehatan di fasilitas layanan kesehatan mempunyai prinsip-prinsip dasar yaitu:
1) ditujukan untuk individu yang memerlukan pengobatan dan atau perawatan, pengunjung, keluarga pasien,
2) memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga atas masalah kesehatan yang diderita pasien,
3) memberdayakan pasien dan keluarga dalam kesehatan,
4) menerapkan “proses belajar” di fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dikembangkan dengan melibatkan kerja sama dengan berbagai sektor yang terkait, dan melibatkan beberapa kelompok organisasi masyarakat yang ada sehingga lebih mantap serta berkesinambungan. Dalam ruang lingkup tempat kerja, promosi kesehatan juga mempunyai prinsip-prinsip, diantaranya :
1) Komprehensif.
Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa disiplin ilmu guna memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai yaitu berkembangnya tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman sehingga dengan lingkungan kerja yang mendukung tersebut diharapkan terjadi perubahan perilaku individu dan kelompok kearah yang positif sehingga dapat menjaga lingkungan agar tetap sehat.
2) Partisipasi
Para peserta atau sasaran promosi kesehatan hendaknya terlibat secara aktif mengindetifikasi masalah kesehatan yang dibutuhkan untuk pemecahannya dan meningkatkan kondisi lingkungan kerja yang sehat. Partisipasi para pengambil keputusan di tempat kerja merupakan hal yang sangat mendukung bagi para pekerja untuk lebih percaya diri dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam merubah gaya hidup dan mengembangkan kemampuan pencegahan dan peningkatan terhadap penyakit.
3) Keterlibatan berbagai sektor terkait.
Kesehatan yang baik adalah hasil dari berbagai faktor yang mendukung. Berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan pekerja hendaknya harus melalui pendekatan yang integrasi yang mana penekanannya pada berbagai faktor tersebut bila memungkinkan.
4) Kelompok organisasi masyarakat.
Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya melibatkan semua anggota pekerja, termasuk kelomok organisasi wanita dan laki-laki yang ada, termasuk juga tenaga honorer dan tenaga kontrak. Kebutuhan melibatkan dengan berbagai organisasi masyarakat yang mempunyai pengalaman atau tenaga ahli dalam membantu mengembangkan Promosi kesehatan Di Tempat kerja hendaknya di perhitungkan dalam mengembangkan program sebelumnya
5) Berkesinambungan atau Berkelanjutan
Promosi kesehatan di tempat kerja yang berhubungan erat dengan kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai arti penting pada lingkungan tempat kerja dan aktivitas manajemen sehari-hari. Program promosi kesehatan dan pencegahan hendaknya terus menerus dilakukan dan tujuannya jangka panjang. Apabila pelaksanaan promosi kesehatan di tempat kerja ingin lebih mentap, program hendaknya sesuai dan responsif terhadap kebutuhan pekerja dan masalah yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja.

d. Prinsip Promosi Kesehatan di Sekolah
Sedangkan dalam ruang lingkup atau setting sekolah, promosi kesehatan juga memiliki prinsip, diantara yaitu :
1) Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah yaitu peserta didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat
2) Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :
• Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan serta dapat mengembangkan berbagai ketrampilan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial
• Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orangtua
3) Mengupayakan agar sekolah mempunyai akses untuk di laksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu :
• Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
• Kerjasama dengan Puskesmas setempat
• Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan “keamanan” makanan

e. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Umum
Sebagai lingkup yang sangat luas dan tidak tentu maka hal yang perlu diperhatikan dalam penerapannya antara lain:
- Tempat umum merupakan sarana yang dilalui oleh banyak orang, sehingga dapat dikatakan bahwa sasaran dari tindakan promosi kesehatan ini juga tidak tetap. Misalnya di tempat-tempat umum seperti halte, stasiun, dll maka penerapan yang paling efektif adalah dengan memanfaatkan media berupa poster, spanduk, dll. Dengan ini maka orang-orang yang saat itu berada di tempat itu akan membaca dan mencoba memahami apa isi pesan yang ada.

2.2 METODE PROMOSI KESEHATAN
Tersedia banyak metode untuk menyampaikan informasi dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan harus dipertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan disampaikan, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budaya) atau sasaran, dan hal-hal lain yang merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang dan waktu. Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk mamaksimalkan hasil.
Pemberdayaan dapat dilakukan dengan melihat metode: ceramah dan tanya jawab, dialog, debat, seminar, kampanye, petisi/resolusi, dan lain-lain. Sedangkan advokasi, dapat dilakukan dengan pilihan metode: seminar, lobi dialog, negosiasi, debat, petisi/resolusi, mobilisasi, dan lain-lain.

1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Metode yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Setiap orang memiliki masalah atau alas an yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.
Bentuk pendekatannya :
a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and counceling)
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif antara klien dengan petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan dibantu penyelesainnya.
b. Wawancara (interview)
Untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang diberikan (prubahan perilaku ynag diharapkan).

2. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pada kelompok,yang harus diperhatikan adalah besarnya kelompok sasaran dan tingkat pendidikan formalnya. Besarnya kelompok sasaran mempengaruhi efektifitas metode yang digunakan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah
Sasaran dapat berpendidikan tinggi maupun rendah. Penceramah harus menyiapkan dan menguasai materi serta mempersiapkan media. Metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan. Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama.
2) Seminar
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan formal menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi)dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas, menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2) Curah pendapat (Brain storming)
Diskusi dimana pada awal diskusi diberi kasus atau pemicu untuk menstimulasi tanggapan dari peserta.
3) Bola salju (snow balling)
Metode dimana kesepakatan akan di dapat dari pemecahan menjadi kelompok yang lebih kecil, kemudian bergabung dengan kelompok yang lebih besar.
4) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)
Kelompok dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah kemudian kesepakatan di kelompok kecil disampaikan oleh tiap kelompok dan kemudian di diskusikan untuk diambil kesimpulan.
5) Memainkan peranan (role play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan.
6) Permainan simulasi (simulation game)
Merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.

3. Metode Pendidikan Massa
Metode ini untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sasaran pendidikan pada metode ini bersifat umum tanpa membedakan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial, ekonomi dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan dirancang sedemikian rupa agar dapat ditangkap oleh massa tersebut. Metode ini bertujuan untuk mengguagah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi. Metode ini biasanya bersifat tidak langsung.
a. Ceramah umum (public speaking)
b. Pidato/diskusi
c. Simulasi
d. Menggunakan media televisi
e. Menggunakan media surat kabar
f. Bill board

Berikut ini merupakan contoh menentukan metode promosi kesehatan yang digunakan sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan promosi kesehatannya :
TUJUAN METODE YANG DIGUNAKAN
Untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan ceramah, kerja kelompok, mass media, seminar, kampanye.
Menambah pengetahuan
Menyediakan informasi One-to-one teaching, seminar, media masa, kampanye, group teaching.
Self-empowering
Meningkatkan kesadaran diri, mengambil keputusan Kerja kelompok, latihan (training), simulasi, metode pemecahan masalah, peer teaching method.
Mengubah kebiasaan
Mengubah gaya hidup individu Kerja kelompok, latihan keterampilan, training, metode debat.
Mengubah lingkungan Bekerja sama dengan pemerintah untuk membuat kebijakan berkaitan dengan kesehatan.

Metode-metode yang disebutkan di atas hanyalah beberapa dari banyak metode lainnya. Metode-metode tersebutdapat digabung atau dimodifikasi oleh tim promosi kesehatan disesuaikan dengan penerima pean dan sarananya. Selain itu, metode yang digunakan juga disesuaikan dengan tujuan dari promosi kesehatan yang dilaksanakan.




2.3 MEDIA PROMOSI KESEHATAN
a. Pengertian Media Promosi Kesehatan
Kata Media sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata Medium yang secara harfiah berarti “ Perantara “ atau “ Pengantar ”. Dengan demikian, maka media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Telah banyak pakar dan juga organisasi (lembaga) yang mendefinisikan media pembelajaran ini, beberapa definisi tentang media pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
• Media pembelajaran atau media pendidikan adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk media pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya (Rossi & Breidle, 1966: 3)
• Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969)
• Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970)
• Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT, 1977)
Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya semua pendapat tersebut memposisikan media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran, dimana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itumelaluimedia cetak, elektronika danmedia luar ruang, sehingga sasaran dapatmeningkat pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan. (Soekidjo:2005).


b. Tujuan Media Promosi
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Tujuan media promosi kesehatan:
• Media dapat mempermudah penyampaian informasi
• Media dapat menghindari kesalahan persepsi
• Dapat memperjelas informasi
• Media dapat mempermudah pengertian
• Mengurangi komunikasi yang verbalistik
• Dapatmenampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap mata
• Memperlancar komunikasi

c. Teori Media Promosi
Untuk lebih memahami peran dan kedudukan media dalam proses pembelajaran, terutama dalam perannya membantu siswa untuk memberikan pengalaman, maka Edgar Dale (1969) melukiskan berbagai pengalaman belajar itu dalam suatu kerucut yang dinamakan Kerucut Pengalaman (Cone of Experience).


Dari gambar tersebut dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran. Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audio-visual.
Kerucut Edgar Dale ini memberikan gambaran pada kita bahwa proses pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalaminya langsung, melalui proses pengamatan dan mendengarkan melalui media tertentu atau mungkin hanya melalui proses mendengarkan melalui bahasa. Jika pengalaman belajar melalui pengalaman langsung, maka akan memberikan hasil belajar yang kongkret. Jika hal demikian tidak mungkin terjadi dalam kelas, seperti misalnya proses persalinan pada binatang, maka guru dapat menggunakan model, dengan demikian siswa akan tetap mendapatkan pengalaman yang mendekati kongkret. Begitu seterusnya, semakin keatas dari kerucut pengalaman Edgar Dale ini, maka pengalaman belajar yang diperoleh siswa akan semakin abstrak. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, maka semakin banyaklah pengalaman belajar yang diperolehnya.
Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber pesan ataupun penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Media pembelajaran berperan sebagai “wahana penyalur pesan atau informasi belajar sehingga mengkondisikan seseorang untuk belajar”. Secara umum media memiliki kegunaan yaitu: memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya, memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.

d. Penggolongan Media Promosi Kesehatan
1. Berdasarakan bentuk umum penggunaan
a. Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, leaflet majalah, buletin, tabloid dll
b. Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flip chart, transparansi, slide, film dll
2. Berdasarkan cara produksi
a. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan–pesan visual. Pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Contoh : Poster, Leaflet, Brosur, Majalah, Surat Kabar, Lembar Balik, Stiker, Pamflet. Fungsi Utama : Memberi Informasi dan Menghibur.
• Kelebihan: Tahan lama, Mencakup banyak orang, Biaya tidak terlalu tinggi, Tidak perlu energi listrik, Dapat dibawa, Mempermudah pemahaman, Meningkatkan gairah belajar.
• Kelemahan : Tidak dapat mensimulasi efek suara dan efek gerak, Mudah terlipat
b. Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contoh : Televisi, Radio, Film, Kaset, CD, VCD, DVD, Slide Show, CD Interactive, dan lain-lain.
• Kelebihan: Sudah dikenal masyarakat, Melibatkan semua panca indra, Lebihmudah dipahami, Lebihmenarik karena ada suara & gambar, Bertatap muka penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih besar / luas, Sebagai alat diskusi dapat diulang-ulang.
• Kelemahan: Biaya lebih tinggi, Sedikit rumit, Memerlukan energi listrik, Diperlukan alat canggih dalamproses produksi, Perlu persiapan yang matang, Peralatan yang selalu berkembang& berubah, Perlu ketrampilan penyimpanan, Perlu ketrampilan dalam pengoperasian.
c. Media luar ruang yaitu suatu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara umummelalui media cetak dan elektronik secara statis . Contoh : Papan Reklame, Spanduk, Pameran, Banner, TV Layar Lebar, dan lain-lain.
• Kelebihan: Sebagai informasi umumdan hiburan, Melibatkan semua panca indra, Lebihmenarik karena ada suara dan gambar, Adanya tatapmuka, Penyajian dapat dikendalikan, Jangkauan relatif lebih luas
• Kelemahan: Biaya lebih tinggi, Sedikit rumit, Ada yang memerlukan listrik dan atau alat canggih, Perlu kesiapan yang matang, Peralatan yang selalu berkembang dan berubah, Perlu ketrampilan penyimpanan
3. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam
a. Media auditif yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
b. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Jenis media yang tergolong ke dalam media visual adalah: film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.
c. Media audiovisual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
2.4 STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
a. Strategi Promosi Kesehatan Menurut WHO
Menurut WHO, ada tiga strategi untuk mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan, yakni memberdayakan masyarakat, memberi dukungan sosial dan mengadvokasi para penentu kebijakan.
1) Advokasi (Advocacy)
Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan (decision makers) atau penentu kebijakan (policy makers) baik di bidang kesehatan maupun sector lain di luar kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap public. Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi, dan sebagainya yang menguntungkan kesehatan public. Bentuk kegiatan advokasi ini antara lain lobbying, pendekatan atau pembicaraan-pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan, penyajian isu-isu atau masalah-masalah kesehatan atau yang mempengaruhi kesehatan masyarakat setempat, seminar-seminar masalah kesehatan, dan sebagainya.
Output kegiatan advokasi adalah undang-undang, peraturan-peraturan daerah, instruksi-instruksi yang mengikat masyarakat dan instansi-instansi yang terkait dengan masalah kesehatan. Oleh sebab itu, sasaran advokasi adalah para pejabat eksekutif, dan legislative, para pemimpin dan pengusaha, serta organisasi politik dan organisasi masyarakat, baik tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan maupun desa atau kelurahan.
2) Dukungan Sosial (Social Support)
Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (guru, lurah, camat, petugas kesehatan, dan sebagainya) maupun informal (tokoh agama, dan sebagainya) yang mempunyai pengaruh di masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan atau program kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh masyarakat (toma) dan tokoh agama (toga). Selanjutnya toma dan toga diharapkan dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat.
Pada masyarakat yang masih paternalistic seperti di Indonesia ini, toma dan toga merupakan panutan perilaku masyarakat yang sangat signifikan. Oleh sebab itu, apabila toma dan toga sudah mempunyai perilaku sehat, akan mudah ditiru oleh anggota masyarakat yang lain. Bentuk kegiatan mencari dukungan social ini antara lain, pelatihan-pelatihan para toma dan toga, seminar, lokakarya, penyuluhan, dan sebagainya.
3) Pemberdayaan masyarakat (Emprowerment)
Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung, sebagai sasaran primer atau utama promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pembangunan masyarakat dalam bentuk, misalnya koperasi dan pelatihan keterampilan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga (latihan menjahit, pertukangan, peternakan, dan sebagainya). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memiliki kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (self relince in health). Oleh karena bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini lebih pada kegiatan penggerakan masyarakat untuk kesehatan, misalnya adanya dana sehat, adanya pos obat desa, adanya gotong royong kesehatan, dan sebagainya, maka kegiatan ini sering disebut “gerakan masyarakat” untuk kesehatan. Meskipun demikian, tidak semua pemberdayaan masyarakat itu berupa kegiatan gerakan masyarakat. Dalam pembinaan dan pemberdayaan mayarkat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.

b. Strategi Promosi Kesehatan Menurut Piagam Ottawa
Piagam Ottawa atau lebih dikenal dengan Ottawa Charter merupakan hasil dari sebuah Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada pada tahun 1986. Salah satu isi dari Ottawa Charter adalah rumusan tentang strategi promosi kesehatan. Rumusan strategi promosi kesehatan dalam Piagam Ottawa (Ottawa Charter) tersebut menjadi salah satu acuan bagi penyelenggara pelayanan kesehatan di seluruh dunia dalam meninjau, memerhatikan, menilai, dan menganalisa kebutuhan apa yang harus diupayakan agar visi dan misi promosi kesehatan tercapai secara optimal dimana penyelenggara (provider) dan masyarakat (consumer) mampu bersinergi dengan baik.
Strategi promosi kesehatan berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter) antara lain:
1) Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy)
Rumusan kebijakan yang berwawasan kesehatan ini ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan agar pihak tersebut mengeluarkan atau mengembangkan kebijakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Berwawasan kesehatan berarti bahwa setiap kebijakan pembangunan kesehatan di bidang apa saja harus memikirkan dampak kesehatannya bagi masyarakat luas. Contoh: Jika pemerintah daerah suatu kota akan membuka daerah untuk perumahan penduduk, maka terlebih dahulu pihak yang terkait melakukan survey dan analisis terhadap kondisi tanah, udara, dan ketersediaan air yang memadai sehingga nantinya keputusan membangun perumahan tersebut tidak merugikan masyarakat yang menempati perumahan.
2) Lingkungan yang mendukung (supportive environtment)
Strategi ini berupa kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung. Strategi ini ditujukan kepada para pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum (public places). Melalui promosi kesehatan dengan disertai pembangunan lingkungan yang mendukung diharapkan pembangunan di bebagai sektor akan memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Adapun lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.
3) Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)
Kegiatan ini menekankan bahwa kesehatan masyarakat bukan hanya mencakup masalah pihak pemberi pelayanan kesehatan atau provider, baik pemerintah maupun swasta saja, melainkan juga masalah pada masyarakat sendiri atau consumer. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab dan kerja sama antara pihak pemberi pelayanan (provider) dan penerima pelayanan. Sistem pelayanan konvensional cenderung menitikberatkan pada pemberi pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, tetapi kurang melibatkan masyarakat sebagai pihak penerima pelayanan kesehatan. Dalam konteks ini, melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan bararti sebuah pemberdayaan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri. Bentuk pemberdayaan ini dapat bervariasi, seperti mengadakan kegiatan promosi tentang wabah disentri yang menyerang suatu perkampungan dengan melibatkan warga dalam diskusi, mengambil keputusan, konsultasi dan bagian dari pelaksana kegiatan preventif sehingga warga menjadi paham akan pentingnya mempertahankan lingkungan hidup yang sehat.
4) Keterampilan individu (personal skill)
Peningkatan keterampilan individu bertujuan untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal. Lingkup kesehatan masyarakat kesehatan secara menyeluruh, yang terdiri dari kelompok, keluarga, dan individu. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, kesehatan keluarga, dan kesehatan individu mampu terwujud dengan optimal. Upaya peningkatan keterampilan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri sangatlah penting dilakukan. Setiap individu seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik mengenai bagaimana cara meningkatkan status kesehatan, mengenal jenis penyakit dan penyebabnya, memahami tindakan preventif terhadap suatu penyakit, mempertahankan kesehatan, dan mencari solusi bila anggota keluarga mereka sakit.
5) Gerakan masyarakat (Community action)
Gerakan masyarakat dimaknai sebagai pergerakan bersama-sama oleh unsur-unsur yang ada di masyarakat dengan tujuan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Optimal berarti kesehatan elemen-elemen masyarakat, meliputi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok. Upaya yang dilakukan adalah mencanangkan program atau kegiatan-kegiatan masyarakat yang menunjang dalam peningkatan kesehatan mereka, seperti tindakan preventif terhadap gejala penyakit kolera.
Dengan dirumuskankannya strategi kesehatan dalam Piagam Ottawa, diharapkan penyelenggaraan kegiatan promosi kesehatan nantinya dapat meninjau secara menyeluruh mengenai tujuan penyelenggaraan, pentingnya keterlibatan masyarakat, peningkatan kualitas SDM penyedia layanan kesehatan, dan dampak dari keberadaan fasilitas dan program kesehatan bagi masyarakat sehingga visi dan misi promosi kesehatan tercapai optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar